Sabtu, 14 Mei 2011

Pendukung Osama bin Laden

Pendukung Osama bin Laden mulai melakukan aksi balas dendam. Kemarin Taliban Pakistan melakukan dua serangan bom bunuh diri di pusat pelatihan polisi paramiliter Pakistan dan menewaskan 80 orang. Mereka mengklaim, aksi teror itu sebagai serangan balas dendam pertama atas kematian pemimpin Al-Qaeda. Selain menewaskan 80 orang,ledakan juga melukai 140 orang, 40 di antaranya dalam kondisi kritis. Menteri senior untuk Provinsi Khyber Paktunkhwa, Bashir Ahmed Bilour,menjelaskan bahwa dari 80 orang tewas, 60 orang adalah anggota polisi paramiliter dan 11 warga sipil.

Menurut Bashir, serangan itu yang paling mematikan di Pakistan sejak 9 Juli 2010,saat pelaku bom menewaskan 105 orang di Mohmand. “Ini merupakan balas dendam pertama atas kematian Osama. Tunggu untuk serangan lebih besar di Pakistan dan Afghanistan,” ancam juru bicara Taliban Pakistan Ehsanullah Ehsan pada AFP melalui lokasi rahasia.

Sebelumnya pekan lalu pasca tewasnya Osama dalam serangan pasukan Amerika Serikat (AS) pada Minggu (1/5) di sebuah kompleks rumah mewah di Abbottabad, Pakistan, Taliban Pakistan sudah mengeluarkan ancaman balas dendam, terutama terhadap pasukan keamanan. Selain Taliban Pakistan, ancaman balas dendam juga sudah disampaikan Al-Qaeda di Yaman selatan.

Serangan mematikan ini terjadi di Pakistan barat laut saat para anggota baru polisi paramiliter menyelesaikan latihannya di pusat pelatihan terbesar Frontier Constabulary,di Kota Shabqadar. Para anggota baru paramiliter itu berpakaian sipil dan sedang menunggu bus untuk libur 10 hari, ketika seseorang meledakkan diri di depan pusat pelatihan. Nisar Khan Marwat,Komandan polisi distrik Charsadda, mengatakan, dua serangan yang terjadi merupakan aksi bom bunuh diri.

Pelaku pertama datang dengan sepeda motor dan meledakkan diri di antara orang yang ada di Frontier Constabulary. “Saat orangorang datang untuk menyelamatkan teman-teman mereka, pelaku bom kedua datang dengan sepeda motor lainnya dan meledakkan diri.” Ahmad Ali, polisi paramiliter yang terluka akibat serangan bunuh diri itu,menuturkan bahwa serangan terjadi saat dia dan teman-temannya sedang duduk di dalam mobil menunggu teman-teman lain.

Ali mengaku, dirinya saat itu sedang berbahagia karena segera bisa bertemu dengan keluarga. “Saya mendengar seseorang meneriakkan ‘Allahu Akbar’ dan saya kemudian mendengar satu ledakan besar. Saya terkena sesuatu di bagian punggung saya. Dalam beberapa saat kemudian, saya mendengar ledakan lainnya dan saya terlempar keluar dari mobil. Saya merasa bahwa saya terluka dan berdarah,” tuturnya melalui telepon dari Rumah Sakit Shabqadar. Korban lain, Gul Momin, yang kakinya diplester, juga menceritakan kejadian mengerikan tersebut.“Kami sangat senang.

Saya membawa tas ke dalam bus saat ledakan terjadi. Saya terluka serius tapi sudah membaik.Saya merangkak menuju tempat yang aman, saat saya mendengar ledakan lain,” paparnya. “Semua orang tergeletak di tanah dan menangis. Saya melihat orang berlumuran darah dan tewas.Banyak jasad dan bagian tubuh manusia. Saya tidak dapat menggambarkan dengan kata-kata,”tutur Gul Momin.

Tim dokter di rumah sakit Lady Reading yang terbesar di Peshawar bekerja keras untuk menyelamatkan nyawa lebih dari 40 korban luka kritis dari pihak polisi paramiliter. Pihak rumah sakit pun mendeklarasikan keadaan darurat untuk menghadapi besarnya korban. Akibat serangan bom kemarin, Kepala Komite Staf Gabungan Pakistan Jenderal Khalid Shameem Wynne menunda kunjungan lima hari ke AS, yang rencananya dimulai pada 22 Mei.“Dia menghubungi mitranya, AS, dan menginformasikan bahwa kunjungan itu tidak dapat dilakukan berdasarkan kondisi saat ini,”papar pejabat militer Pakistan.

Pejabat militer itu tidak menjelaskan lebih lanjut tentang pembatalan tersebut tapi saat ini komite pertahanan sedang meninjau ulang kerja sama dengan AS dalam perang melawan terorisme.“Ini berdasarkan kepentingan nasional dan aspirasi rakyat Pakistan,” papar pejabat tersebut. PejabatAS menyatakan,mereka membuat nota kesepahaman dengan Pakistan.

Pemerintahan Presiden AS Barack Obama juga menekankan pentingnya menjaga kerja sama dengan Pakistan dalam memerangi militansi dan menciptakan stabilitas di Afghanistan. “Tidak ada rencana saat ini untuk menghentikan atau mencabut berbagai operasi kontraterorisme AS di Pakistan,”kata salah satu pejabat AS secara anonim. “Upaya untuk melemahkan terorisme akan berlanjut.” Sementara itu, Inggris mengecam serangan bom bunuh diri di Pakistan kemarin.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris William Hague berjanji mendukung Islamabad setelah serangan di Shabqadar itu.“Serangan ini pengecut dan serampangan, membunuh banyak orang tak bersalah dan menargetkan mereka yang menjaga Pakistan,” kata Menlu Inggris William Hague dalam pernyataannya. “Mereka membuktikan lagi bahwa kelompok itu tidak menghormati nilai-nilai kemanusiaan.

” Pusat latihan militer tersebut memang sering menjadi target serangan militan Taliban dan Al-Qaeda. Ini terjadi karena tempatnya di kota yang rawan, yakni berada di jalur suku tanpa hukum yang berlaku.Washington menganggap wilayah tersebut basis Al-Qaeda. Pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat (AS) sering menjatuhkan rudal di wilayah tersebut. Pada Agustus 2010 mendiang kepala Frontier Constabulary, Sifwat Ghayoor, tewas dalam serangan bom bunuh diri di kota Peshawar.

Di bawah kepemimpinan Hakimullah Mehsud yang menggantikan Baitullah Mehsud sebagai pemimpin Taliban Pakistan,kelompok itu meningkatkan serangan massal. Mehsud sendiri kemudian tewas akibat serangan rudal AS pada 2009. Adapun, Pakistan sendiri termasuk negara yang sering diguncang serangan bom mematikan.

Pada 18 Oktober 2007, misalnya, serangan bom yang menargetkan mantan PM Pakistan Benazir Bhutto menewaskan 139 orang di Karachi. Saat itu Benazir baru saja kembali ke Pakistan setelah delapan tahun di pengasingan.Benazir Bhutto akhirnya tewas dalam serangan lain pada 27 Desember 2007. Demikian catatan online anabp86 tentang Pendukung Osama bin Laden.