Jumat, 06 Mei 2011

Gerakan Negara Islam Indonesia

Gerakan Negara Islam Indonesia (NII) bukan hanya merekrut para mahasiswa untuk menjadi pengikutnya. Melainkan, kalangan pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Di antaranya, pelajar SMA yang ada di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat. Tidak sedikit yang melarikan diri karena ajaran yang disampaikan dianggap tidak sesuai. Tapi, ada juga yang kini masih dalam sekapan kelompok NII.

Pelajar Kota Bogor yang berhasil lolos dari kelompok NII adalah Septi Mulyati Siregar, 17, pelajar kelas tiga SMAN 9 Kota Bogor, Jawa Barat. Kata Septi saat ditemui media, awal mula dirinya menjadi pengikut NII ketika bertemu teman lama yang tidak dijumpainya selama tiga tahun.

"Pada awal bertemu, percakapan kami masih biasa. Dia menanyakan, sudah punya pacar belum, ada tidak keluarga yang aparat, pekerjaan orangtua dan bagaimana kehidupan di keluarga. Setelah itu, para pelaku perekrutan bertanya, selesai SMA mau dilanjutkan ke universitas apa. Pokoknya, percakapan kami hanya global,” jelasnya.

Setelah itu, keesokan harinya seorang laki-laki yang diketahui bernama Aldi alias Asep alias Karim itu menawarkan jasa kepadanya. Aldi yang mengaku sebagai mahasiswa Universitas Indonesia jurusan hukum itu menawarkan jasa untuk masuk UI.

"Dia bilang saya bisa masuk UI, jika mau menjadi pengikut NII," ungkapnya.

Pada awalnya, dia sempat menolak. Namun, saking penasaran dan ingin mengetahui ajaran yang dianut oleh temannya itu ia bersedia masuk menjadi pengikut NII pada Januari 2011 lalu.

Setelah tiga minggu resmi menjadi pengikut NII. Dia dibawa ke sebuah mess di Depok, Jawa Barat, yang letaknya berada di belakang Politeknik UI, Depok. “Selama tiga minggu, saya juga dibawa berpindah-pindah mulai dari Bogor, Bekasi,” jelasnya.

Dia mengaku, awal mulanya sangat bahagia karena yakin bisa lolos di UI. Ditambah lagi, ada 20 pelajar Kota Bogor yang juga sudah direkrut dan bersama dirinya tinggal di mess. Dari jumlah ini yang sudah taubat dan berhasil keluar dari NII adalah; Hadawi (pelajar SMAN 6) dan Wini (pelajar salah satu SMKN 1).

“Saya kabur dari NII karena ajaranya menyesatkan," kata Septi.

Selain itu, kata dia, setiap anggota NII dipungut biaya iuran sebesar Rp 2,5 juta, yang akan dipergunakan untuk membangun negara NII. “Ketika saya tanya tentang negara NII itu seperti apa, oleh para pelaku dijawab negara NII seperti Al-Zaytun. Kami juga diberi majalah Al-Zaytun untuk mempelajarinya,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, selama menjadi pengikut NII telah didoktrin dengan ajaran bahwa, manusia belum dikatakan suci apalabila belum hijrah. Hukum di Indonesia juga tidak diakui pejabat NII.

"Dia bilang kepada pelajar yang ada didalam mess, abad 12 nggak ada lagi hukum Indonesia yang berlaku. Yang ada cuma hukum Islam yang diambil dari Alquran. Ada dua kebangkitan yakni, Mekah bagi orang kafir dan Madinah bagi orang suci Islam dan Indonesia tempatnya orang kafir serta NII tempatnya orang muslim yang kafah. Setiap anggota diwajibkan mencari uang demi kejayaan negara NII," papar Septi.

Oleh karena itu, kata dia, ajaran yang disampaikan oleh ajaran NII itu sudah tidak cocok lagi dengan ajaran Islam yang selama ini diajarkan oleh kedua orangtuanya. Akhirnya, pada minggu ketiga keluar dari ajaran NII.

Namun, kata dia, masih ada rekannya dari SMAN 7 yang menjadi pengikut NII. “Katanya, salah satu sudah menjadi pimpinan kobilah atau jabatan
setingkat Lurah untuk wilayah Bogor. Mereka kelihatannya menikmati peran yang diterimanya tersebut,” kata dia. Demikian catatan online anabp86 tentang Gerakan Negara Islam Indonesia.